Sejarah SDGs: Dari KTT Bumi hingga agenda pembangunan berkelanjutan 2030

Jun 6, 2025 | Wawasan

“Sustainable Development Goals (SDGs) adalah agenda ambisius yang dirancang untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Dengan 17 tujuan utama, SDGs bertujuan mengatasi tantangan global seperti kemiskinan, ketimpangan, dan perubahan iklim. Namun, bagaimana sebenarnya sejarah di balik pembentukan SDGs? Apa saja program awal yang mendukung implementasinya? Dan bagaimana peran negara-negara di dunia dalam mewujudkan tujuan ini? Artikel ini akan membahas semuanya secara mendalam.”

Sejarah Pembentukan SDGs 

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) adalah rancangan pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati oleh beberapa negara sebagai komitmen dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dunia, untuk membangun kesejahteraan di  beberapa aspek seperti pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. SDGs memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari inisiatif global sampai pembangunan berkelanjutan. Seperti sejarah panjangnya, dimulai dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)  Bumi 1992, Agenda 21, Millenium Development Goals (MDGs), dan sekarang transisi menjadi Sustainable Development Goals SDGs (2015).

SDGs terbentuk dari akar panjang yang diawali pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brazil, tahun 1992. Konferensi yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini dihadiri oleh 179 negara termasuk Indonesia, KTT Bumi menghasilkan beberapa agenda dan pembahasan seperti Deklarasi Rio, Agenda 21, Forest Principles, climate change, serta pembahasan keanekaragaman hayati. Seperti pilar yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan dalam Agenda 21: Kelestarian lingkungan hidup, keadilan sosial, dan keseimbangan ekonomi. Agenda ini menekankan pentingnya kemitraan global untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sekaligus melindungi lingkungan.

Namun, sampai akhir abad 20 perdamaian dan kesejahteraan masih belum terselesaikan secara menyeluruh, sehingga pada tahun 2000 bulan September, PBB mengadakan pertemuan lanjutan dengan membahas agenda Millennium Development Goals (MDGs) yang merupakan pembahasan lanjutan dari pembangunan global yang dihasilkan dari kesepakatan antar beberapa negara yang diadakan di kota New York, Amerika Serikat. Pertemuan ini dihadiri oleh 189 perwakilan dari berbagai negara. Konferensi ini menghasilkan kesepakatan untuk merumuskan tujuan pembangunan baru yang lebih inklusif dan komprehensif, ada delapan tujuan utama yang dirumuskan saat pembahasan MDGs yang memfokuskan dalam mengatasi kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender. Dan pada akhirnya di tahun 2015, MDGs berhasil mencapai beberapa kemajuan signifikan, seperti menurunnya angka kemiskinan global hampir setengahnya. Dari beberapa agenda MDGs, Indonesia terbilang berhasil melaksanakan program-program yang sudah direncanakan meski belum mencapai semua sasaran indikator, karena Indonesia sendiri telah berhasil memenuhi 47 poin dari total 67 indikator MDGs 2000-2015 (Data: Bapennas 2016). Namun, cakupan MDGs dinilai terlalu sempit karena kurang memperhatikan isu lingkungan dan ketimpangan sosial.

Karena beberapa isu dinilai belum mencakup keseluruhan agenda untuk mencapai kesejahteraan masyarakat global. Pada tahun 2013, Majelis umum PBB akhirnya membentuk kelompok kerja terbuka untuk mengembangkan proposal SDGs dengan fokus untuk pembangunan keberlanjutan pasca 2015. Pada 25 September 2015, Markas PBB secara resmi mengesahkan bersama kurang lebih 193 perwakilan negara untuk meneruskan pembangunan berkelanjutan global atau Sustainable Development Goals (SDGs). Konferensi tersebut menghasilkan dokumen berjudul Transforming our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development. Berisikan 17 tujuan utama dan 169 sasaran.

Sebagai wadah baru pembangunan berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDGs).dirancang secara lebih komprehensif untuk agenda dunia yang sejahtera di 2030, dengan menekankan pada hak asasi manusia, pembangunan ekonomi, inklusivitas, lingkungan yang bersih dan sejahtera, serta banyak peran keterlibatan pemangku kepentingan.  Dengan 5 prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, lingkungan, yaitu 1. People (manusia), 2. Planet (bumi), 3. Prosperity (kemakmuran), 4. Peace (perdamaian), dan 5. Partnership (kerjasama). Kelima prinsip ini yang akan selalu menaungi 17 tujuan utama dan 169  sasaran dari SDGs yang tak dapat terpisahkan dan akan terus menaungi keberhasilan dalam menciptakan masyarakat global yang sejahtera.

“SDGs adalah upaya kolektif dunia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang di planet ini. Dengan sejarah panjang sejak KTT Bumi 1992 hingga pengesahan Agenda 2030, tujuan ini mencerminkan komitmen global terhadap pembangunan berkelanjutan. Melalui program awal yang kuat dan keterlibatan aktif dari berbagai negara, pencapaian SDGs menjadi mungkin jika kita semua bekerja sama untuk mewujudkannya.”

Gambar: Ilustrasi 17 SDGs Desa (Sumber: greennetwork)

SDGs bukan hanya agenda global, melainkan tanggung jawab bersama. Setiap individu, komunitas, dan organisasi memiliki peran penting dalam mewujudkan dunia yang lebih adil, merata, dan sejahtera. Melalui program seperti Pertamina Sehati, Filantra dan Pertamina melakukan inisiatif dalam mengupayakan sektor kesehatan yang lebih terintegrasi, bahwa kolaborasi antara sektor publik dan swasta dapat berperan penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Upaya bersama ini mencerminkan komitmen untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang.

Filantra mengajak komunitas ataupun organisasi untuk berkolaborasi dalam menciptakan program CSR yang strategis dan selaras dengan tujuan SDGs, Konsultasikan kebutuhan bisnis sekarang dan mulailah perjalanan menuju keberlanjutan bersama Filantra melalui: [email protected] atau 0815-6002-276