Seni Berbaur untuk Community Development Officer (CDO) dalam Membangun Kepercayaan Masyarakat
Peran seorang Community Development Officer (CDO) menuntut kemampuan interpersonal yang kuat, terutama dalam membangun engagement dengan masyarakat. Namun, sering kali CDO menghadapi tantangan dalam menjalin hubungan yang otentik, yang dapat menghambat keberhasilan program. Artikel ini mengkaji strategi praktis yang bersumber dari pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD) dan prinsip-prinsip keterlibatan komunitas untuk mengatasi hambatan tersebut. Melalui pendekatan berbasis aset, partisipasi aktif, dan komunikasi yang transparan, CDO dapat beralih dari peran “penyedia solusi” menjadi “fasilitator” yang memberdayakan, sehingga memupuk kepercayaan dan rasa kepemilikan yang berkelanjutan di dalam komunitas.
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan proses yang berfokus pada pemberdayaan individu dan kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka (Vogl, 2016). Di jantung proses ini, terdapat peran krusial seorang Community Development Officer (CDO) yang bertugas menjembatani inisiatif program dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Meskipun begitu, salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi adalah kesulitan dalam membangun keterikatan emosional dan sosial (engagement) yang tulus. Hambatan ini sering kali berasal dari perbedaan latar belakang, asumsi, dan pendekatan yang keliru, yang dapat menciptakan jarak dan ketidakpercayaan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kerangka strategi yang sistematis dan berakar pada prinsip-prinsip komunitas untuk memastikan keberhasilan interaksi.
Metodologi Engagement Berbasis Aset
Untuk mengatasi tantangan tersebut, artikel ini mengadopsi kerangka Asset-Based Community Development (ABCD) yang dipopulerkan oleh Kretzmann dan McKnight (1993). Berbeda dengan pendekatan berbasis kebutuhan (needs-based), ABCD menekankan pada identifikasi dan pemanfaatan kekuatan, kapasitas, serta aset yang sudah ada di dalam komunitas. Metodologi ini menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dengan sumber daya yang melimpah, bukan sebagai penerima pasif yang kekurangan.
Penerapan metodologi ini bagi CDO meliputi beberapa langkah:
- Mendengarkan Bukan Mengajari: Sebelum mengimplementasikan program, CDO harus menginvestasikan waktu untuk mendengarkan narasi, keluhan, dan mimpi masyarakat. Langkah ini membangun fondasi empati dan menunjukkan penghormatan terhadap kearifan lokal.
- Mulai dari yang Non-Formal: Keterlibatan harus dimulai dari interaksi sehari-hari, seperti menghadiri acara lokal atau berpartisipasi dalam kegiatan sukarela. Ini membantu CDO untuk dilihat sebagai bagian dari komunitas, bukan sebagai pihak luar.
- Mengidentifikasi Aktor Kunci: Setiap komunitas memiliki individu atau kelompok yang berpengaruh (informal leaders). Menggandeng mereka sebagai mitra strategis dapat menjadi katalisator bagi keterlibatan masyarakat yang lebih luas.
Partisipasi dan Transparansi sebagai Kunci Kemitraan
Keterlibatan yang efektif melampaui sekadar kehadiran fisik. Ini menuntut partisipasi aktif dari masyarakat dalam setiap tahapan program, dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. Prinsip ini selaras dengan panduan dari The Community Tool Box (University of Kansas), yang menekankan pentingnya kolaborasi (2020).
Kemitraan yang solid dibangun di atas dasar transparansi dan kejujuran. CDO harus secara terbuka mengkomunikasikan tujuan, sumber daya, dan potensi tantangan dari setiap inisiatif. Menjanjikan hal-hal yang tidak realistis hanya akan mengikis kepercayaan. Dengan membangun kredibilitas melalui integritas, CDO dapat menciptakan hubungan jangka panjang yang lebih resilient dan produktif.
Kesimpulan
Membangun engagement yang kuat dan otentik bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan fondasi yang tak terpisahkan dari kesuksesan seorang Community Development Officer. Dengan mengadopsi pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD), berfokus pada mendengarkan secara aktif, memulai dari interaksi informal, dan menjunjung tinggi prinsip partisipasi serta transparansi, CDO dapat mengatasi hambatan berbaur. Pada akhirnya, keberhasilan tidak diukur dari jumlah program yang terlaksana, melainkan dari sejauh mana CDO mampu memberdayakan masyarakat untuk menjadi agen perubahan bagi diri mereka sendiri.
Mari diskusi lebih lanjut mengenai Community Development dan Corporate Social responsibility bersama Filantra Official
Referensi
- Kretzmann, J. P., & McKnight, J. L. (1993). Building communities from the inside out: A path toward finding and mobilizing a community’s assets. The Community Development Society.
- The Community Tool Box. (2020). Building Community. Chapter 10: Fostering Community Engagement. University of Kansas.

