Kenaikan Muka Air Laut dan Tenggelamnya Jakarta

Okt 13, 2025 | Wawasan

Kenaikan Muka Air Laut dan Tenggelamnya Jakarta

Jakarta, ibu kota Indonesia, menghadapi ancaman lingkungan yang sangat serius: tenggelam secara perlahan. Fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh kenaikan muka air laut secara global, tetapi diperparah oleh penurunan muka tanah (land subsidence) yang terjadi sangat cepat. Kombinasi kedua faktor ini menciptakan krisis multidimensi yang mengancam keberlanjutan kota, ekonomi, dan kehidupan jutaan penduduknya. Artikel ini akan mengulas hubungan antara kedua ancaman ini berdasarkan temuan-temuan penelitian terkini.

( Gambar 1 : Warga menyeberangi banjir dengan rakit dari botol plastik. )

Dua Penggerak Utama Ancaman Tenggelamnya Jakarta

Ancaman tenggelamnya Jakarta didorong oleh dua kekuatan utama. Pertama, penurunan muka tanah (land subsidence)yang masif. Penelitian Abidin et al. (2011) mengonfirmasi bahwa eksploitasi air tanah secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri adalah penyebab utama subsiden. Beberapa wilayah di Jakarta Utara mengalami penurunan tanah hingga 20 cm per tahun, menjadikannya salah satu kota dengan laju penurunan tanah tercepat di dunia.

Kedua, ancaman dari kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim. Bahayanya, kedua fenomena ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi saling memperkuat. Mikhailov & Yushchenko (2022) dan Muttaqin et al. (2021) menjelaskan bahwa dampak kenaikan air laut secara global menjadi jauh lebih buruk karena permukaan tanah Jakarta yang terus menurun. Akibatnya, banjir rob (banjir air laut) menjadi lebih sering, lebih luas, dan lebih dalam, seperti yang dipetakan dalam penelitian Muttaqin et al. (2021) dan dianalisis lebih lanjut oleh Sagala et al. (2023).

Dampak gabungan ini tidak hanya berhenti di permukaan. memperingatkan bahwa intrusi air laut ke dalam akuifer (sumber air tanah) juga semakin parah, mencemari sumber air bersih dan memperburuk krisis air tanah. Situasi ini menciptakan lingkaran setan yang kompleks dan menuntut pendekatan holistik, sebagaimana disinggung dalam konteks ketahanan kota oleh Kurnio et al. (2021).

Kesimpulan 

Jakarta berada di persimpangan jalan yang kritis. Ancaman tenggelam adalah nyata dan didukung oleh data ilmiah yang kuat. Tanpa intervensi yang cepat dan tepat, kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan akan semakin tidak terbendung. Solusi jangka pendek seperti pembangunan tanggul raksasa (Giant Sea Wall) harus diiringi dengan tindakan fundamental, terutama pengendalian eksploitasi air tanah dan pengalihan ke sumber air permukaan yang berkelanjutan. Membangun ketahanan kota, seperti yang diusulkan Kurnio et al. (2021), dengan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah dan kebijakan yang tegas, adalah kunci untuk menyelamatkan Jakarta dari krisis yang mengancam eksistensinya ini.

Referensi:

1. Abidin, H. Z., et al. (2011). Natural Hazards, 59(3), 1753–1771.

2. Kurnio, H., et al. (2021). International Journal of Disaster Risk Reduction, 62, 102423.

3. Mikhailov, A. D., & Yushchenko, A. S. (2022). IOP Conference Series: Earth and Environmental Science*, 1027(1), 012001.

4. Muttaqin, M. Z., et al. (2021). Indonesian Journal of Geography, 53(2), 246-257.

5. Sagala, J. A., et al. (2023). Journal of Marine Science and Engineering, 11(5), 1064.